Showing posts with label TAJWID. Show all posts
Showing posts with label TAJWID. Show all posts

Wednesday, September 7, 2022

Bolehkah Membaca Al- Qur'an Tanpa Tajwid?


Sebelum kita membahas tentang boleh tidaknya membaca Al- Qur'an tanpa Tajwid, marilah kita mengingat bahwa Al- Qur'an adalah kitab suci umat Islam, mukjizat Nabi mulia, Muhammad SAW. Membacanya adalah ibadah, setiap huruf yg dibaca dihitung pahala, setidaknya sepuluh kebaikan perhurufnya.

Oleh karena membaca Al- Qur'an termasuk ibadah, maka ada syarat dan ketentuan yg harus dipenuhi oleh si pembacanya. Diantaranya, harus suci dari hadats dan najis, dibaca di tempat yg terhormat, dan dibaca sesuai kaidah ilmunya.


Ilmu membaca Al-Qur'an disebut Ilmu Tajwid atau Tahsinul Qur'an yg berarti sama yakni: memperbagus/memperindah (bacaan Al- Qur'an). Nah! Selanjutnya, ada timbul pertanyaan: Bolehkah Membaca Al- Qur'an Tanpa Tajwid? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita perhatikan pernyataan dari ahli ilmu Al- Qur'an atau ulama' Al- Qur'an, sebagai berikut:


تجويد القرآن الكريم واجب وجوبًا شرعيا يُثاب القارئ على فعله، ويعاقب على تركه، وهو فرض عين عَلَى من يريد قراءة القرآن؛ لأنه نزل على نبينا -صلى الله عليه وسلم- مُجودًا، ووصل إلينا كذلك بالتواتر.

Jumhur Ulama menyatakan: Membaca Al- Qur'an dengan Tajwid adalah wajib syar'i, ada pahala bagi bagi yg mengamalkan, dan ada dosa bagi yg tidak mengamalkannya. Kedudukan ilmu Tajwid adalah fardhu ain bagi orang yg ingin membaca Al- Qur'an. Karena Al- Qur'an turun kepada Nabi Muhammad SAW sesuai tajwid, kemudian sampai kepada kita dengan tajwid juga.


وقد أخرج ابن خزيمة في صحيحه عن زيد بن ثابت قال : قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- “إن الله يحب أن يُقرأ القرآن كما أُنزل”.

قال تعالى : (وَرَتِّلْ الْقُرْآنَ تَرْتِيلاً) [سورة المزمل ” 4]. وقال : (وَرَتَّلْنَاه تَرْتِيلًا) [سورة الفرقان : 32].

Rasulullah SAW bersabda: Sesunguhnya Allah mencintai pembacaan Al- Qur'an seperti saat diturunkan. Allah SWT berfirman: Bacalah Al- Qur'an dengan tartil.


وقد سئل الإمام على -رضى الله عنه- عن معنى التريتل فقال : هو تجويد الحروف ومعرفة الوقوف.

Imam Ali ra. berkata: Tartil adalah membaguskan suara huruf dan mengetahui tanda berhenti (waqaf).


وقال ابن عباس في تفسير الآية الأولى : معنى (رَتِّلْ الْقُرْآنَ) بيَّنه. وقال مجاهد تأنّ فيه. وقال الضحاك : انبذه حرفًا حرفًا وتلبَّث في قراءته وتمهَّل فيها، وافصل الحرف من الحرف الذي بعده.

Ibnu Abbas ra. berkata: Tartil adalah memperjelas bacaan. Dikatakan juga bahwa tartil adalah menyebutkan huruf demi huruf dan berhati-hati dalam bacaan.


وقال الإمام الغزالي في كتابه “الإحياء” : تلاوة القرآن حق تلاوته، هو أن يشترك فيه اللسان والعقل والقلب. فحظ اللسان تصحيح الحروف بالترتيل، وحظُّ العقل تفسير المعاني، وحظُّ القلب الاتعاظ والتأثير.

Imam Al Ghazali berkata: Pembacaan Al- Qur'an yg benar adalah kerja sama yg baik antara lisan, akal, dan hati. Lisan menjelaskan huruf-huruf dgn tartil, akal memikirkan maknanya, hati memperhatikan maksud bacaannya.


قال صاحب النشر في تفسير ما قاله الإمام على في معنى الترتيل : التجويد هو حِلْية القراءة، ويكون بإعطاء كل حرف من حروف الهجاء حقه ومستحقه، أي أنه يجب أن تكون حروفه مرتبة، ويرد كل حرف إلى مخرجه وأصله، ويلطف النطق على كمال هيئته من غير إسراف ولا تعسف، ولا إفراط ولا تكلف.

Dikatakan juga bahwa huruf-huruf Al Quran (huruf Hijaiyah ada makhraj (tempat keluar)nya masing-masing. Tajwid menjelaskan makhraj tersebut.


والوقف: هو قطع الصوت على آخر كلمة زمنًا يتنفس فيه القارئ. أهـ.

وهذا التجويد يتنافى مع اللَّحن، الذي هو الميل عن الصواب، وهو قسمان :

لحن جَلي واضح إذا كان فيه إبدال حرف بحرف أو حركة بحركة بحيث يكون هناك إخلال بالمعنى، كالذي ينطق التاء في (يقنت) طاء (يقنط) وكالذي يضم تاء (أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ).

والقسم الثاني من اللَّحن لحنٌ خَفي لا يدركه إلا المختصون من العارفين بأحكام القراءة، وهو يُخل بالأداء ولا يخل بالمعنى، كقصر الممدود وإظهار المدغم وتفخيم المرقق وهكذا.

والتجويد الذي يحفظ من هذا اللَّحن الخفي مستحب، ولا يأثم تاركه، وقيل يأثم عند تعمد هذا اللحن.

والتجويد وبخاصة ما يُراعى فيه إعطاء المدود والغنات حقَّها وما يماثل ذلك يصعب أو يتعذر الاستقلال بمعرفته من الكتب، بل لابد له من التلقي والمشافهة عن العارفين به.

Ilmu Tajwid juga menerangkan tentang waqaf, lahn (penyebutan huruf yg terkesan mirip), mad (panjang bacaan), izhar, idgham, ikhfa', iqlab, dsb.


Dari beberapa pernyataan di atas disimpulkan bahwa membaca Al- Qur'an dengan Tajwid adalah wajib, dan membaca Al- Qur'an tanpa tajwid adalah berdosa.  Pengecualiannya hanya bagi orang yg sedang belajar membaca Al- Qur'an atau ada udzur syar'i maka dimaafkan secara syariat.


Wednesday, March 16, 2022


Di dalam Al Quran sering didapati huruf Nun (نِ) yang ditulis kecil. Letaknya ada di bawah Alif (ا). Penulisan huruf 'aneh' ini tentu membuat bingung para pelajar Al Quran, khususnya bagi pemula. Haruskah huruf kecil ini dibaca, ditinggal, atau bagaimana caranya?

Sebelum menjawab pertanyaan tadi, sebaiknya mari kita kenali terlebih dahulu apa pengertian dari Nun Kecil tersebut dan apa maksudnya. Setelah itu kita akan lanjutkan ke cara membacanya.

Nun kecil sebagaimana disebut di atas mempunyai pengertian: Nun Wiqayah (نون الوقاية), Nun Iwadh (نون العواض), atau Nun Washal (نون الوصل). Disebut Nun Wiqayah karena berfungsi untuk menjaga bunyi nun sukun pada tanwin; Disebut Nun Iwadh karena menjadi pengganti nun sukun pada tanwin; Dan disebut Nun Washal karena menyambungkan tanwin dengan huruf berharkat Sukun.

Nun kecil tersebut mempunyai bunyi sama persis dengan harkat Tanwin. Baik Tanwin Fathah (ــً), Tanwin Kasrah (ــٍ), ataupun Tanwin Dhammah(ــٌ). Karena pada dasarnya, tanwin adalah nun sukun yang terdapat pada akhir isim tanpa AL (ال). Persamaannya seperti contoh2 berikut:

عُزَيْرٌ = عُزَيْرُنْ
Dibaca: 'uzayrun

مَثَلًا = مَثَلَنْ
Dibaca: matsalan

بِغُلٰمٍ = بِغُلٰمِنْ
Dibaca: bighulaamin

Ketika tanwin itu bertemu huruf sukun atau Hamzah Washal (ا) maka tanwinnya menjadi harkat non tanwin (bukan tanwin) dan diberi Nun Kecil berharkat Kasrah sebagai penggantinya. Nun Kecil ini berfungsi sebagai penanda dalam bacaan. Tidak menjadi syarat dalam penulisan, umumnya tulisan bahasa Arab. Selanjutnya, mari kita perhatikan contoh penulisan dan cara membacanya sbb:

عُزَيْرٌ ابْنُ = عُزَيْرُنِ ابْنُ
Ditulis: 'uzayrun ibnu
Dibaca: 'uzayrunibnu
Apabila waqaf maka dibaca: 'uzayyr, ibnu
Di dalam Al Qur'an (utamaanya cetakan Indonesia, diberi tanda Nun Kecil di bawah Alif.

مَثَلًا الْقَوْمُ = مَثَلَنِ الْقَوْمُ
Ditulis: matsalan alqawmu
Dibaca: matsalinilqawmu
Apabila waqaf maka dibaca: matsalaa, alqawmu.
Di dalam Al Qur'an (utamaanya cetakan Indonesia, diberi tanda Nun Kecil di bawah Alif.

بِغُلٰمٍ اسْمُهٗ = بِغُلٰمِنِ اسْمُهٗ
Ditulis: bighulaamin ismuhuu
Dibaca: bighulaaminismuhuu
Apabila waqaf maka dibaca: bighulaam, ismuhuu.
Di dalam Al Qur'an (utamaanya cetakan Indonesia, diberi tanda Nun Kecil di bawah Alif.

Demikian pembahasan Nun Kecil dan Cara Membacanya. Semoga materi singkat ini cukup memberi pemahaman dan bisa dipraktekkan pada kalimat2 lainnya. Sekian, terimakasih. Semoga bermanfaat.

Saturday, July 17, 2021

Inilah bahasan materi tentang Mad Mubalaghah, Bacaan Satu-Satunya di dalam Al Qur'an

Mad Mubalaghah, Khusus, Terjadi Satu Kali Di Al Qur'an

Pelajaran Tajwid kali akan membahas materi tentang bacaan yg terjadi hanya satu kali di dalam Al Qur'an. Bacaan ini sangat menarik utk dibahas karena sangat unik dn bahkan terkesan janggal.

Kejanggalan yg sangat dirasa diantaranya yaitu biasanya apabila ada ha' dhamir (ه) berada setelah bacaan panjang (mad), maka ha' dhamir tersebut dibaca pendek. Sebaliknya, apabila ha' dhamir berada setelah bacaan pendek (bukan mad), maka ha' dhamir dibaca panjang. Namun yg ini sangat berbeda 180 derajat.

Bagaimana ini bisa terjadi? Trus bagaimana penjelasannya? Yuk kita simak bersama!

Mad Mubalaghah adalah mad yg terjadi pada ha' dhamir (kata ganti) pada surat Al-Furqan ayat 69. Di ayat ini, ha' dhamir tidak diapit dan tidak didahului huruf hidup yg dibaca pendek, karena sebelumnya ada huruf mad/huruf mati. Biasanya bacaan ha' dhamir seperti ini dibaca pendek. Contohnya: فِيْهِ ظُلُمَاتٌ

Tapi ternyata, ha' dhamir pada Mad Mubalaghah dibaca panjang, hampir sama dgn mad shilah qashirah. Hanya saja, syarat terjadinya mad shilah qashirah itu, ha' dhamir harus diapit atau didahului huruf hidup yg berharkat bukan sukun. Contohnya: وَمِنْ خَلْفِهٖ  

Sedgkan Mad Mubalaghoh bukanlah mad shilah qashirah, karena syaratnya, yakni diapit 2 huruf hidup atau didahului huruf hidup, tidak terpenuhi. Tapi uniknya, ha' dhamir pada Mad Mubalaghah harus dibaca panjang.

Kenapa bacaan seperti ini terjadi? Jawabannya sbb:

1. Karena periwayatan bacaan dari jalur Imam Khafs yang sanadnya tersambung keoada Rasulullah meriwayatkan bahwa ha' dhamir tersebut harus dibaca panjang. Sehingga kita harus mengikuti ketentuan tajwid dari bacaan tersebut. Membaca Ha' Dhamir (ه) di ayat ini dgn bacaan pendek (1 ketukan) adalah suatu kesalahan karena tidak sesuai dengan riwayat yg mutawatir.

2. Dari segi penafsiran, ayat ini membicarakan tentang azab yg luar biasa dahsyat.
Berikut ini adalah teks yang mengandung Mad Mubalaghah di Surat Al-Furqon, surah ke-25 ayat 69:
Allah SWT berfirman:

يُّضٰعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَيَخْلُدْ فِيْهٖ مُهَانًا ۙ
Terjemahannya:
(yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,

Tafsirannya;
Tafsir Muyassar:
Siksanya di hari kiamat dilipatgandakan dan dia dikekalkan di dalamnya dalam keadaan rendah dan terhina. Ancaman kekal ini berlaku untuk siapa yang melakukan seluruhnya atau bagi siapa yang mempersekutukan Allah.

Tafsir Ibnu Katsir:
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Syaqiq, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya,

*اَيُّ الذَّنْبِ اَكْبَرُ. قَالَ اَنْ تَجْعَلَ لِلّٰهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ. قَالَ ثُمَّ اَيُّ. قَالَ اَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ خَشْيَةَ اَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ. قَالَ ثُمَّ اَيُّ. قَالَ اَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ جَارِكَ*

#"Dosa apakah yang paling besar?" Beliau SAW menjawab, "Bila kamu menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal Dia telah menciptakanmu." Lalu si penanya bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?" Rasulullah SAW bersabda, "Bila kamu membunuh anakmu karena takut dia ikut makan bersamamu." Ia bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?" Rasulullah SAW menjawab, "Bila kamu berzina dengan istri tetanggamu."#

Abdullah ibnu Mas'ud berkata, bahwa lalu Allah SWT menurunkan firman-Nya yang membenarkan hal tersebut, yaitu:
#Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah.#
(Al-Furqan, [25:68]), hingga akhir ayat.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai, dari Hannad ibnus Sirri, dari Abu Mu'awiyah dengan sanad yang sama.

Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkannya melalui hadis Al-A'masy dan Mansur. (Al-Bukhari menambahkan: serta Wasil). Mereka bertiga menerima hadis ini dari Abu Wa-il alias Syaqiq ibnu Salamah, dari Abu Maisarah Amr ibnu Syurahbil, dari Ibnu Mas'ud.

Menurut lafaz Imam Bukhari dan Imam Muslim melalui Ibnu Mas'ud adalah seperti berikut:

Ibnu Mas'ud mengatakan, "Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?", dan seterusnya.

Jalur hadis yang garib.

Ibnu Jarir mengatakan telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ishaq Al-Ahwazi, telah menceritakan kepada kami Amir ibnu Mudrik, telah menceritakan kepada kami As-Sirri ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Asy-Sya'bi, dari Masruq yang mengatakan bahwa Abdullah pernah mengatakan, "Pada suatu hari Rasulullah SAW pergi, lalu aku mengikutinya. Rasulullah SAW duduk di atas sebuah gundukan tanah, maka aku duduk di bagian yang lebih rendah darinya, sedangkan mukaku sejajar dengan kedua lututnya. Aku sengaja ingin menemaninya dalam kesendiriannya itu. Aku bertanya, "Semoga ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?" Rasulullah SAW menjawab, "Bila kamu mendakwakan bahwa Allah mempunyai tandingan, padahal Dialah yang menciptakanmu." Aku bertanya, "Kemudian dosa apakah lagi?" Beliau menjawab, "Bila kamu membunuh anakmu karena tidak suka dia makan bersamamu." Aku bertanya lagi, "Kemudian dosa apa lagi? Beliau SAW menjawab, "Bila kamu berzina dengan istri tetanggamu." Kemudian Rasulullah SAW membaca firman-Nya:

#Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah.#
(Al-Furqan, [25:68]), hingga akhir ayat.

Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Mansur, dari Hilal ibnu Yusaf, dari Salamah ibnu Qais yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda dalam haji wada'-nya,

*اَلَا اِنَّمَا هِيَ اَرْبَعٌ*
#"Ingatlah, sesungguhnya (dosa yang terbesar) itu ada empat macam."#

Salamah ibnu Qais mengatakan bahwa sejak ia mendengar hal tersebut dari Rasulullah SAW, ia sangat membenci keempat perbuatan itu, yaitu:

*لا تُشْرِكُوْا بِاللّٰهِ شَيْئًا وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا تَزْنُوا وَلَا تَسْرِقُوْا*

#Janganlah kalian mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun, dan janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang hak, dan janganlah kalian berzina, serta janganlah kalian mencuri.#

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Madini rahimahullah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail ibnu Gazwan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sa'id Al-Ansari; ia pernah mendengar Abu Tayyibah Al-Kala'i mengatakan, ia pernah mendengar Al-Miqdad ibnul Aswad RA berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda kepada para sahabatnya:
 
*مَا تَقُوْلُوْنَ فِى الزِّنَا. قَالُوْ حَرَّمَهُ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ فَهُوَ حَرَام اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِاَصْحَابِهٖ. لَاَنْ يَزْنِيَ الرَّجُلُ بِعَشْرِ نِسْوَةٍ اَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ اَنْ يَزْنِيَ بِامْرَاَةِ جَارِهٖ. قَالَ مَا تَقُوْلُوْنَ فِى السَّرِقَةِ. قَالُوْا حَرَّمَهَا اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ فَهِيَ حَرَامٌ. قَالَ لَاَنْ يَسْرِقَ الرَّجُلُ مِنْ عَشْرَةِ اَبْيَاتٍ اَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ اَنْ يَسْرِقَ مِنْ جَارِهٖ*

#"Bagaimanakah pendapat kalian tentang zina?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkannya, dan ia tetap haram sampai hari kiamat." Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabatnya, "Sungguh dosa seseorang lelaki yang berzina dengan sepuluh orang wanita lebih ringan daripada ia berzina dengan istri tetangganya." Rasulullah SAW bersabda, "Bagaimanakah pendapat kalian tentang mencuri?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkannya, dan ia merupakan perbuatan yang haram." Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh dosa seseorang yang mencuri dari sepuluh rumah lebih ringan daripada mencuri dari rumah tetangganya."#

Adapun firman Alah SWT:

*وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ يَلْقَ اَثَامًا*

#barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya).#
(Al-Furqan, [25:68])

Telah diriwayatkan dari Abdullah ibnu Amr, ia pernah mengatakan bahwa Asam adalah nama sebuah lembah di neraka Jahanam. Ikrimah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
#niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya).#

(Al-Furqan, [25:68]) Bahwa Asam adalah nama lembah-lembah yang terdapat di dalam neraka Jahanam tempat untuk menyiksa para penzina. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair dan Mujahid.

Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
#niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya).#
(Al-Furqan, [25:68]) Yang dimaksud dengan ATSĀMAN ialah pembalasan dosa, dahulu kami mengatakannya sebagai nama sebuah lembah di dalam neraka Jahanam.

Telah diriwayatkan kepada kami bahwa Luqman pernah mengatakan kepada anaknya, "Hai anakku, hindarilah perbuatan zina, karena sesungguhnya perbuatan zina itu permulaannya adalah takut, sedangkan akhirnya adalah penyesalan."

Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan lain-lainnya melalui Abu Umamah Al-Bahili secara mauquf dan marfu' disebutkan bahwa GHAYYAN dan ATSĀMAN adalah nama dua buah sumur di dasar neraka Jahanam semoga Allah melindungi kita dari kedua sumur itu berkat karunia dan kemurahan-Nya.

As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
#niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya).#
(Al-Furqan, [25:68]) Bahwa asaman ialah pembalasan.

Takwil ini lebih serasi dengan makna lahiriah ayat, dan dengan pengertian yang sama disebutkan dalam konteks selanjutnya yang berfungsi sebagai mubdal minhu-nya, yaitu firman Allah SWT:

*يُضٰعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ*

#(yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat.#
(Al-Furqan, [25:69])

Yakni siksaan itu diulang-ulang terhadapnya dan diperkeras.

وَيَخْلُدْ فِيْهٖ مُهَانًا*
#dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina.#
(Al-Furqan, [25:69])
Maksudnya, dalam keadaan terhina lagi rendah.

Itulah jawaban panjang lebar tentang Mad Mubalaghah yg mengharuskan ha' dhamir pada surah Al Furqan ayat 69 dibaca panjang.

Untuk itu perlu diingat dan jangan sampai keliru, bacaan “HI” di dalam kata “FIIHII” dibaca panjang dua harkat atau 2 ketukan, bukan dibaca pendek atau satu ketukan.

Saturday, May 9, 2020


Inilah pelajaran tentamg hukum bacaan Mim Mati atau Mim Sukun sesuai ilmu tata baca Al Quran, yg masyhur disebut Ilmu Tajwid. Pelajaran ini sebagai materi tambahan bagi para pelajar atau materi alternatif bagi siapa saja yg sedng belajar membaca Al Quran. Kendati demikian, materi ini disesuaikan dgn tuntunan kaidah Tajwid yg benar sehingga bisa dijadikan pedoman yg dapat dipertanggung jawabkan. Baiklah. Mari kita lanjutkan belajar!

Dalam ilmu Tajwid, Mim Mati dimaksudkan sebagai huruf Mim yg berharkat 'Sukun' ( مْ ). Apabila huruf Mim Mati tersebut bertemu dg huruf Hijaiyah tertentu maka hukum bacaannya dibagi menjadi 3 hukum bacaan, sebagaimana yg akan dirinci di bawah.

Hukum mim mati dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

1. Ikhfa Syafawi
( إخفاء شفوي )


Ikhfa secara bahasa berarti: Samar, Syafawi berarti: Bibir. Ikhfa Syafawi berarti: Menyamarkan atau menyembunyikan bacaan huruf bangsa bibir, yaitu Mim Mati (مْ) apabila bertemu dengan huruf Ba' (ب).

Cara membaca bacaan Ikhfa Syafawi yaitu samar-samar. Maksudnya, pada saat membaca Mim Mati (مْ) tersebut disamarkan dengan huruf Ba (ب) sambil ditahan sekitar 3 ketukan dan terdengar seperti didengungkan.

Contoh bacaan Ikhfa Syafawi:

تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ
mim mati bertemu ba'.
cara bacanya:
tarmiihim ... bihijaarotin

فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ
mim mati bertemu ba'.
cara bacanya:
fahkum ... baynahum

أُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيمَةُ
mim mati bertemu ba'.
cara bacanya:
uhillat lakum ... bahiimatu

بَلْ أَنْتُمْ بَشَرٌ
mim mati bertemu ba'.
cara bacanya:
bal an ... tum ... basyarun

 وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ
mim mati bertemu ba'.
cara bacanya:
wammaa lahum ... bidzaalika

مَالَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ
mim mati bertemu ba'.
cara bacanya:
maa lahum ... bihii min 'ilmin.

2. Idgham Mutamatsilain
( إدغام مُتماثِلَيْن )

Dari segi bahasa, Idgham berarti: memasukkan, sdgkn Mutamatsilain berarti: dua benda yg sama. Idgham Mutamatsilain berarti: Memasukkan huruf Mim Mati ke Huruf Mim yg berada sesudahnya sambil mendengung.

Cara membaca bacaan Idgham Mutamatsilain yaitu memasukkan sambil mendengung. Maksudnya, pada saat membaca Mim Mati (مْ) tersebut dimasukkan ke huruf Mim (م) sambil didengungkan sekitar 3 ketukan.

Idgham Mutamatsilain memilik  beberapa nama, seperti: Idgham Mimi, Idgham Mitslain, Idgham Syafawi, Idgham Mutamatsilain.

Contoh bacaan Idgham Mutamatsilain :

لَهُمْ مَغْفِرَةٌ
mim mati bertemu mim.
cara bacanya:
lahum ... maghfirotun

وَكَمْ مِنْ قَرْيَةٍ
mim mati bertemu mim.
cara bacanya:
wakam ... min ... qoryatin

يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي
mim mati bertemu mim.
cara bacanya:
ya'tiikum ... min ... nii

خَلَقَكُمْ مِنْ طِينٍ
mim mati bertemu mim.
cara bacanya:
kholaqokum ... min ... thiinin

وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ
mim mati bertemu mim.
cara bacanya:
waminhum ... may ... yastami'u

3. Idhar Syafawi 
( إظهار شفوي )

Secara bahasa, Izh-har berarti: Jelas atau tegas, Syafawi berarti: Bibir. Idhar Syafawi  berarti: Memperjelas bacaan Mim Mati ketika bertemu dgn salah satu huruf hijaiyah selain huruf  Ba' (ب) dan Mim (م).

Cara membaca Idhar Syafawi  yaitu memperjelas bunyi Mim Mati (ْم) tanpa berdengung dengan bibir tertutup.

Huruf Idhar syafawi yaitu selain م dan ب  berjumlah 26 huruf, sbb:

ا ـ ت ـ ث ـ ج ـ ح ـ خ ـ د ـ ذ ـ ر ـ ز ـ س ـ ش ـ ص ـ ض ـ ط ـ ظ ـ ع ـ غ ـ ف ـ ق ـ ك ـ ل ـ ن ـوـ- ھ –ي

Contoh bacaan Idhar Syafawi :

أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ
mim mati bertemu alif.
cara bacanya:
alam' aqul lakum

أَنْتُمْ تَمْتَرُونَ
mim mati bertemu ta'.
cara bacanya:
an ... tum' taruuna

لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
mim mati bertemu ta'.
cara bacanya:
la'allakum' tuflihuuna.

وَأَنْتُمْ دَاخِرُونَ
mim mati bertemu dal.
cara bacanya:
wa an ... tum' daakhiruuna

لَقَدْ جَاءَكُـمْ رَسُولٌ
mim mati bertemu ro'.
cara bacanya:
laqod jaaaa akum' rosuulun

وَهُمْ سَـالِمُونَ
mim mati bertemu sin.
cara bacanya:
wahum' saalimuuna

إِنْ كُنْتُمْ صَادِقينَ
mim mati bertemu shod.
cara bacanya:
ing ... kun ... tum' shoodiqiina

هُمْ فِيْهَا
mim mati bertemu fa'.
cara bacanya:
hum' fiihaa

مَالَكُمْ كَيفَ تَحْكمُونَ
mim mati bertemu kaf.
cara bacanya:
maa lakum' kayfa tahkumuuna

وَأمْـلِى لَهُمْ
mim mati bertemu lam.
cara bacanya:
wa um'lii lahum

أَلَمْ يَرَوْا
mim mati bertemu ya'.
cara bacanya:
alam' yarow

Itulah pembahasan tentang hukum Mim Mati, mencakup pengertian, maksud, contoh dən cara membacanya. Mudah-mudahan pembahasan singkat ini cukup dipahami dən bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Tuesday, August 13, 2019

Inilah pelajaran tentang macam-macam Mad sesuai ketentuan Ilmu Tajwid, Sebagai Materi Tambahan bidang studi Quran Hadits. Pembahasannya disertai contoh dan cara bacanya. 

MACAM-MACAM MAD, CONTOH DAN CARA BACANYA

Mad secara bahasa berarti memanjangkan. Mad berasal dari kata dasar:
مَدَّ - يَمُدُّ - مَدًّا
(madda yamuddu maddan).

Mad di dalam istilah Ilmu Tajwid mempunyai pengertian: memanjangkan suatu bacaan Al Quran yg harus dibaca panjang. Durasi panjang bacaan Mad bergantung pada jenis Madnya, sebagaimana yg akan dijelaskan dalam perincian Macam-macam Mad di bawah nanti.

Berdasarkan jenisnya, Mad dibagi menjadi 2 Macam, yaitu: Mad Thabi’i dan Mad Far'i.

Mad Thabi’i ( مَدْ طَبِيعِي )
(baca: mad thobi'i). Artinya mad = panjang, artinya thabi'i = biasa. Maksudnya adalah bacaan panjang yg terjadi apabila ada alif ( ا ) sesudah huruf berharkat fathah ( ـــَ ), atau ya’ sukun ( يْ ) sesudah huruf berharkat kasrah ( ـــِ ) atau wau sukun ( وْ ) sesudah huruf berharkat dhammah ( ـــُ ). Mad Thabi'i disebut juga Mad Ashli atau Mad Dasar.

Cara membacanya yaitu sepanjang dua harkat atau dua ketukan. Dua harkat disebut juga satu alif.
Contohnya:
قَالَ - يَقُوْلُ - قِيْلَ
Dibaca:
(qoola - yaquulu - qiila)

Selain Mad Thabi'i maka secara umum disebut Mad Far'i atau Mad Cabang atau cabang dari Mad.

Mad Far'i ( مَدْ فَرْعِيْ ) ada 14 macam. Perinciannya sebagaimana berikut ini:


1. Mad Wajib Muttashil
( مَدْ وَاجِبْ مُتَّصِلْ )
yaitu bacaan panjang yg terjadi apabila ada Mad Thabi'i  bertemu dengan hamzah ( ء ) didalam satu kalimat (satu kata Arab).

Untuk menyamakan persepsi, perlu dimaklumi bahwa satu kata Arab disebut Kalimat, dan satu kalimat Arab disebut Kalam atau Jumlah.

Mad artinya: panjang, Wajib artinya: wajib, Muttashi artinya: bersambung.

Cara membaca Mad Wajib Muttashil yaitu sepanjang 5 harakat atau dua setengah alif.
Contohnya:
 جَآءَ - جِيْۤءَ - سُوْۤءُ
Dibaca:
(jaaaaa_a - jiiiii_a - suuuuu_u)

2. Mad Jaiz Munfashil
( مَدْ جَائِز مُنْفَصِلْ)
yaitu bacaan panjang yg terjadi apabila ada Mad Thabi’i bertemu dengan hamzah (ء) tetapi hamzah tersebut berada di kalimat sesudahnya.

Jaiz artinya: boleh, Munfashil artinya: terpisah (tidak dalam satu kata).

Cara membacanya yaitu sepanjang 5 harakat, tetapi boleh juga dibaca seperti mad thabi’i, yakni 2 harkat.
Contohnya:
وَمَاۤ أَنَا - فِيْۤ أَنْفُسِهِمْ
Dibaca:
(wamaaaaa ana - fiiiii amfusihim) atau
(wamaa ana - fii amfusihim)

3. Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi
( مَدْﻻَزِمْ مُثَقَّلْ كِلْمِي )
yaitu bacaan panjang yg terjadi apabila ada Mad Thabi’i bertemu dengan tasydid di dalam satu kalimat.

Mad artinya: panjang, Lazim artinya: harus, Kilmi artinya: kalimat, Mutsaqqal artinya: berat.

Cara membacanya yaitu srpanjang 6 harakat atau tiga kali panjang bacaan Mad Thabi’i.
Contohnya:
وَﻻَالضَّآلِّينَ - اَلطَّاۤمَّةٌ
Dibaca:
(waladh_dhoooooolliin - ath_thoooooommatu)

4. Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi 
( مَدْﻻَزِمْ مُخَفَّف كِلْمِي )
yaitu bacaan panjang yg terjadi apabila ada Mad Thabi’I bertemu dengan huruf mati (sukun).

Mad artinya: panjang, Lazim artinya: harus, Kilmi artinya: kalimat, Mukhaffaf artinya: ringan.

Cara membacanya yaitu sepanjang 6 harakat atau tiga kali panjang bacaan Mad Thabi’i.
Contohnya:
آﻻَن
Dibaca:
(aaaaaal_aana)


6. Mad ‘Aridh Lissukun
( مَدْ عارِضْ لِلسُّكوُنِ )
yaitu bacaan panjang yg terjadi apabila waqaf (berhenti) membaca atau ada tempat pemberhentian membaca, dan sebelum waqaf itu ada Mad Thobi’i atau Mad Layyin.

Mad = panjang, 'Aaridh = melebar, Lis-sukun = karena sukun.

Cara membacanya ada 3 macam, yaitu:
a. Yang lebih utama dibaca panjang seperti mad wajib muttashil (6 harakat).
b. Yang pertengahan dibaca 4 harakat yakni dua kali panjang mad thobi’i..
c. Yang biasa, boleh dibaca seperti mad thobi’i saja, yakni 2 harkat.

Contohnya:
بَصِيْرٌ - خَالِدُوْنَ - عَلِيْمٌ
Dibaca:
(bashiiiiiir - khooliduuuuuun - 'aliiiiiim)

Contoh Mad Layyin / Mad Lien
(مَدٌّ لَيِّنٌ)
Mad yang terjadi karena waqaf dengan syarat ada Ya' Sukun atau Wawu Sukun setelah Fathah.
Contohnya: 
قُرَيْشٍ - خَوْفٌ - النَّوْمُ
Dibaca:
(quroiiiisy - khouuuuf - nauuuum)

7. Mad Shilah Qashirah
( مَدْ صِلَة قَصِيْرَة )
yaitu bacaan panjang yg terjadi apabila ada hâ dhamir ( هٗ / هٖ ) dan sebelumnya ada huruf hidup (berharakat).

Mad = panjang, Shilah = hubungan, keterkaitan, qashiirah = pendek

Cara membacanya yaitu panjang seperti Mad Thabi’i.
Contohnya:
اِنَّهُ - لَهُ - عِنْدَهٗ
Dibaca:
(innahuu - lahuu - 'indahuu)

8. Mad Shilah Thawilah
( مَدْ صِلَة طَََوِيْلَة )
yaitu bacaan panjang yg terjadi apabila ada Mad Shilah Qashirah bertemu dengan hamzah ( ء ).

Mad = panjang, Shilah = hubungan, keterkaitan, thawiilah = panjang

Cara membacanya yaitu seperti panjang bacaan Mad Jaiz Munfashil.

Contohnya:
عِنْدَهُۤ أَجْرٌ - لَهُۤ اَخْلَدَهُ - بِهٖۤ إِلَّا
Dibaca:
('indahuuuuu ajrun - lahuuuuu akhladah - bihiiiii illaa)

9. Mad ‘ Iwadh
( مَدْ عِوَض )
yaitu bacaan panjang yg terjadi apabila tanwin fathah / fathatain yang berada pada waqaf (pemberhentian) atau pada akhir ayat.

Mad = panjang, 'Iwadh = pengganti.

Cara membacanya yaitu seperti Mad Thobi’i. Tetapi apabila dilanjutkan, maka bacaan Mad-nya tidak berfungsi. Karena inilah disebut 'iwadh atau berganti, yakni berganti2 fungsi.

Contohnya:
سَميْعًا بَصيْرًا عَلِِيْمًا حَكِيمًا
Dibaca:
(samii_'aa - bashiiroo - 'aliimaa - hakiimaa)

10. Mad Badal
( مَدْ بَدَلْ )
yaitu bacaan panjang yg terjadi apabila ada hamzah hiduiganti bacaan p bertemu dengan hamzah mati yg diganti bacaan Mad.

Badal artinya: ganti.

Sebenarnya huruf mad ini berasal dari hamzah ( ء ) yang sukun ( ءْ/أْ/ئْ/ؤْ )   kemudian diganti menjadi ya ( ي ) atau alif ( ا ) atau wau ( و ) karena utk kemudahan bacaan.

Cara membacanya yaitu seperti Mad Thabi’i.
Contohnya:
آدَمَ - أٰمَنَ -  إيْماَنٌ
Dibaca:
(aadama - aamana - iimaana)
Penjelasannta:
آدَمَ  asalnya  أَأْدَمَ
أٰمَنَ asalnya أَءْمَنَ
ٳِِيْمَان  asalnya  ٳِِئْمَانٌ

11. Mad Lazim Harfi Mutsaqqal / Musyabba'
مَدْ لَازِمْ حَرْفِيْ مُثَقَّلْ / مُشَبَّعْ )
yaitu bacaan panjang yg terjadi apabila pada permulaan surah Al-Qur’an terdapat salah satu atau lebih dari huruf-huruf yang delapan ini, yakni:
 ن - ق – ص – ع – س – ل – ك – م

Mad artinya: panjang, Lazim artinya: harus, Harfi artinya: huruf, Mutsaqqal artinya: berat, Musyabba’ = penuh, sempurna.

Cara membacanya yaitu seperti Mad Lazim, yakni 6 harakat.
Contohnya:
 آلم  -  نۤ -  يٰسۤ
Dibaca:
(alif laaaaaam miiiim - nuuuuuun - yaa siiiiiin)

12. Mad Lazim Harfi Mukhaffaf
مَدْ لَازِمْ حَرْفِيْ مُخَفَّفْ )
yaitu bacaan panjang yg terjadi apabila pada permulaan surah dari Al-Qur’an ada terdapat salah satu atau lebih dari diantara huruf yang lima ini, yakni:
 ح – ي – ط - ﻫ - ر

Mad artinya: panjang, Lazim artinya: harus, Harfi artinya: huruf, Mukhaffaf artinya: ringan.

Cara membacanya yaitu seperti mad thobi’i, yaitu sepanjang 2 harkat.

Contohnya:
حم - طه
Dibaca:
(haa miim - thoo hââ)


13. Mad Tamkin
( مَدْ تَمْكِيْن )
yaitu bacaan panjang yg terjadi apabila ada ya’ sukun ( يْ ) yang didahului oleh ya’ tasydid ( يّ ) dan harakatnya kasrah.

Tamkin = penempatan. pengokohan.

Cara membacanya yaitu ditepatkan dengan penekanan. Panjang bacaannya seperti Mad Thabi'i.

Contohnya:
 النَبِيّيْنَ حُييِّيْتُمْ
Dibaca:
(an_nabiyyiina - huyyiitum)

14. Mad Farqi
( مَدْ فَرْق )
yaitu bacaan panjang yg terjadi apabila ada pertemuan dua hamzah, yang pertama hamzah istifham dan yang kedua hamzah washal pada ALma’rifah ( ال )

Farq = perbedaan

Cara membacanya yaitu sepanjang 6 harakat.
Contohnya:
ءٰاﷲُ - ءٰٰالذَّكَرََيْنِ
Dibaca:
(aaaaaalloohu - aaaaaadz_dazakaroyni)

Itulah macam-macam Mad sesuai Ilmu Tajwid yg dilengkapi dg penjelasan, contoh, cara membacanya, serta gambar skemanya. Semoga lebih penjelasan ini mudah dipahami dan bermanfaat utk kita semua.

Khusus Mad Mubalaghah, bacaan panjang spesial dan terjadi hanya satu kali di Al Qur'an dibahas secara terpisah serta mendetail di judul ini: Mad Mubalaghah, Khusus, Terjadi Satu Kali Di Al Qur'an.

Thursday, August 8, 2019

Pelajaran tentang Tanda-Tanda Waqaf  beserta keterangannya dalam kategori Ilmu Tajwid. Materi tambahan pada bidang studi Al Quran Wal Hadits

Tanda-Tanda Waqaf dan Maksudnya

Waqaf maksudnya adalah berhenti sejenak sewaktu membaca Al Quran sekadar untuk mengambil nafas. Ukuran tempo berhentinya disesuaikan dg kecepatan membaca Al Quran dari masing-masing pembaca.

Adapun sejumlah tempat berhenti bacaan Al Quran sudah diatur dalam ilmu Tajwid dgn lambang tertentu. Jumlah tanda waqaf yg masyhur ada 12. Sebagai tolak ukurnya adalah kesepakatan para ulama, khususnya yg berkompeten.

Tanda-tanda waqaf yg dipakai di kalangan mayoritas ummat Islam yaitu sebagaimana gambar dan penjelasannya berikut ini:


1.
م
وقْف لازِم
(waqaf laazim)
Sangat diutamakan utk berhenti pada kalimat yg bertanda tsb.

2.
ج
وقف جائز
(waqaf jaaiz)
Diperbolehkan utk berhenti, tapi  diperbolehkan juga terus melanjutkan bacaan

3.
قف
وقف مستحب
ّ(waqaf mustahabb)
Di sini boleh berhenti

4.
لا
عدم الوقف
( ‘mamnu'ul waqfi)
Tidak diperbolehkan untuk berhenti

5.
ط
وقف مطلق
(waqaf muthlaq)
Diharuskan  berhenti

6.
س
سكتة
(saktah)
Berhenti sebentar tanpa bernafas dan kemudian melanjutkan bacaan

7.
.’.   .….    .’.
وقف معانقة
(waqaf mu’aanaqah)
Berhenti pada salah satu tanda waqaf ini, bukan berhenti pada kedua-duanya

8.
ق
قيل عليه الوقف
(qiila ‘alaihil waqfu)
Boleh berhenti, tetapi lebih baik meneruskan bacaan (washal), karena telah berhenti pada waqaf sebelumnya.

9.
ز
وقف مجوّز
(waqaf mujawwaz)
Boleh utk berhenti, tapi lebih baik untuk meneruskan bacaan (washal)

10.
صلى
وصل الاولى
(washal aulaa)
Lebih baik meneruskan bacaan (washal), dari pada berhenti

11.
قلى
وقف الاولى
(waqaf aulaa)
Lebih baik berhenti, dari pada meneruskan bacaan.

12.
ع / ء
وقف اخير سورة
(waqaf akhir surah)
Tanda berhenti yang terletak pada akhir ayat (satu ruku’) atau akhir surat

Demikian penjelasan tentang tanda waqaf atau rambu-rambu di dalam membaca Al Quran sesuai dg Ilmu Tajwid lengkap dg maksud dən keterangannya. Semoga mudah dipahami dan bermanfaat.

Baca juga: 


Hukum Nun Mati dan Tanwin Dilengkapi Contoh Mudah

Inilah pelajaran tentang hukum bacaan Nun mati dan Tanwin sesuai ilmu Tajwid, ilmu yg mempelajari tentang tata cara membaca Al Quran yg baik dan benar. Pelajaran ini dikategorikan sebagai materi tambahan pada pelajaran Al Qur'an karena berfungsi sebagai pelengkap atau penyempurna pelajaran kurikulum. Semoga dgn ini kita bisa membaca Al Qur'an sesuai kaidah yg semestinya. Aaamiiin.

Perlu dikemukakan terlebih dahulu, bahwa yg dimaksud dg nun mati di sini yaitu nun yg berharkat sukun. Sedangkan yg dimaksud dg tanwin yaitu ada 3 yakni tanwin fathah / fathatain, tanwin kasrah / kasrotain, dan tanwin dhommah / dhommahtain.

Hukum bacaan nun mati dan tanwin merupakan materi dasar dalam pelajaran ilmu Tajwid. Maka ini sangat penting untuk dipelajari karena setiap orang yg membaca Al-Qur’an wajib menyertakan ilmu Tajwid dalam bacaannya, termasuk hukum bacaan Nun mati dan Tanwin ini.

Oleh karena itu disini diulas secara tegas dan lugas beserta contoh2nya agar mudah dipahami dan bisa langsung diterapkan di dalam membaca Al Quran. Ini semata2 utk meningkatkan kualitas bacaan Al Quran dgn harapan dapat derajat ahli Al Quran dalam pandangan Allah swt. Amin. Baiklah.

Hukum nun mati dan tanwin ada 5 macam, yaitu Izhar Halqi, Idgham Bighunnah, Idgham Bila Ghunnah, Iqlab, dan Ikhfa' Haqiqi.

Ya. Hukum bacaan nun mati dan tanwin terbagi menjadi lima macam. Selengkapnya akan dibahas satu persatu beserta contoh, lengkap dg cara bacanya, sebagai berikut:

1. Idhar Halqi
(اِظْهَارْ حَلْقِيْ)

Menurut bahasa:
Idhar berarti jelas, sedangkan halqi berarti tenggorokan. Dari namanya,  bisa kita ketahui bahwa huruf-huruf idhar adalah huruf-huruf yg makhorijul hurufnya (tempat keluarnya huruf) berasal dari tengggorokan.

Menurut Istilah:
Idhar berarti apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu dari 6 huruf halqi yaitu alif, ha’, kho’, 'ain, ghin, dan hä’.

Sesuai dengan namanya yaitu idhar, maka cara membacanya yaitu dibaca jelas, tanpa mendengung, tanpa samar, dan tanpa menukar hurufnya.
ا، ح، خ، ع، غ، ه

Contohnya:

مِنْه
ُnun mati bertemu hä'
Cara Membacanya:
min'hu
عَلِيْمٌ حَكِيْم
ٌdhommahtain bertemu ha'
Cara Membacanya:
aliimun' hakiimun

2. Idgham Bigunnah
(اِدْغَامْ بِغُنَّةْ)

Menurut Bahasa:
Idgham berarti memasukkan, sedangkan bighunnah berarti dengan mendengung.

Menurut Istilah:
Idgham Bighunnah adalah apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf Idgham Bighunnah yaitu ya’, nun, mim, dan wawu.
ي، ن، م، و
disingkat menjadi:
 يَنْمُوْ

Sesuai namanya yaitu idgham bighunnah, maka cara membacanya yaitu dg memasukkan nun yang sukun atau huruf yg tanwin ke dalam huruf-huruf idgham bighunnah dengan mendengung.

Contohnya:

اَن يَكُوْن
َnun mati bertemu ya'
Cara Membacanya:
ay ... yakuuna
قَوْمٌ يُؤْمِنُوْن
َdhommatain bertemu ya'
Cara Membacanya:
qoumuy ... yu'minuuna

3. Idgham Bilagunnah
(اِدْغَامْ بِلَا غُنَّةْ)

Menurut Bahasa:
Idgham berarti memasukkan, sedangkan bilaa ghunnah berarti dengan tanpa mendengung.

Menurut Istilah:
Idgham Bila ghunnah adalah apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf Idgham Bila ghunnah yaitu lam dan ro’.
ل، ر

Sesuai dengan namanya yaitu idgham bilagunnah, maka cara membacanya adalah memasukkan nun yang sukun atau huruf yg tanwin ke dalam huruf-huruf idhgahm bila ghunnah  dengan tanpa mendengung.

Contohnya:

مِن رَبِّهِم
ْnun mati bertemu ro'
Cara Membacanya:
mir' robbihim
غَفُوْرًا رَحِيْمًا
fathahtain bertemu ro'
Cara Membacanya:
ghofuuror' rohiiman

4. Iqlab
(اِقْلَابْ)

Menurut bahasa:
Iqlab berarti membalik

Menurut Istilah:
Iqlab adalah apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba’.
ب
Sesuai dengan namanya yaitu iqlab, maka cara membacanya yaitu dengan membalik nun yang sukun atau huruf yg tanwin menjadi seperti huruf “mim”.

Contohnya:

مِن بَعْد
ِnun mati bertemu ba'
Cara Membacanya:
mim ... ba'di
سَمِيْعٌ بَصِيْر
ٌdhommatain bertemu ba'
Cara Membacanya:
sami'um ... bashiirun

5. Ikhfa' Haqiqi
(اِخْفَاءْ حَقِيْقِيْ)

Menurut Bahasa :
Ikhfa’ berarti samar, sedangkan haqiqi berarti hakikat atau asli.

Menurut Istilah :
Ikhfa’ Haqiqi adalah apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf ikhfa' yg 15 berikut ini :
ت، ث، ج، د، ذ، ز، س، ش، ص، ض، ط، ظ، ف، ق، ك

Huruf Ikhfa' adalah sisa dari huruf Izh har, Idhgham yg dua, dan Iqlab. Sesuai dengan namanya yaitu ikhfa’, maka cara membacanya adalah samar, yakni menyamarkan nun yang sukun atau huruf yg tanwin menjadi seolah-oleh dibaca ‘nn” sambil ditahan sekitar 3 ketukan.

Contohnya:

مَن كَان
َnun mati bertemu kaf
Cara Membacanya:
mang ... kaana
اَنْزَلْنَا
nun mati bertemu za'
Cara Membacanya:
anz ... zalnaa

Demikian penjelasan singkat tentang hukum nun mati dan tanwin. Semoga berkah dan bermanfaat.

Pelajaran tajwid selanjutnya ialah tentang tata cara membaca Mim Mati, bisa dipelajari di link ini: Hukum Bacaan Mim Mati dan Contohnya. Dan mengenai tulisan Nun Kecil di Al Qur'an bisa dipelajari di link: Mengenal Nun Kecil dan Cara Membacanya.